TATARAN LINGUISTIK (2):
MORFOLOGI
Pengertian
Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi
[o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan,
yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk
kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan
perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
A.
Morfem
1.
Pengertian Morfem
Morfem
adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip
dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).Morfem
adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan
gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam
satuan gramatik yang paling kecil.
Morfemdapat juga dikatakan unsur terkecil
dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua
morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan
morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas di
atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang
mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata memperbesar
misalnya, dapat kita potong sebagai berikut:
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be-
dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-,
per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri
sendiri, seperti besar, dinamakan morfembebas, sedangkan yang
melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan
morfemterikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri
atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta
satu morfem bebas, besar.
2.
Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah
nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk
yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan
alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya
(misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-.Atau bias dikatakan
bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi
dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah
perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem
tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,
morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang
fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/
dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari
morfem yang sama tersebut disebut alomorf.
3. Klasifikasi Morfem
a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan
ada yang bersifat terikat.. Dengan kata lain morfen bebas adalah morfen yang
tanpa kehadiran morfen lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk
pulang, makan, rumah, bagus, buku, saya dan sebagainya termasuk morfem bebas
karena kita dapat menggunakannya tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya
dengan morfem lain. Menurut Santoso(2004), morfem
bebas adalah morfem
yang mempunyai potensi untuk berdiri
sendiri sebagai kata dan
dapat langsung
membentuk kalimat. Dengan demikian,
morfem bebas
merupakan morfem yang
diucapkan tersendiri ;seperti: gelas, meja,
pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah
termasuk
kata.
Tetapiingat, konsep kata tidak hanya
morfem
bebas, kata
juga meliputi semua
bentuk gabungan antara
morfem terikat dengan
morfem
bebas, morfem
dasar dengan morfem
dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa
morfem
bebas itu kata dasar.
Sedangkan morfem terikat adalah
morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam
pertuturan. Misalnya, “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
Berkenaan dengan morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan, yaitu:





MenurutSamsuri(1994), morfemterikattidakpernahdidalambahasayangwajardiucapkantersendiri. Morfem-morfemini, selaincontohyang
telahdiuraikanpadabagianawal, umpanya: ter-, per-,
-i,-an.Disampingituadajugabentuk-bentukseperti– juang, -gurau, -tawa,
yang tidakpernahjugadiucapkantersendiri,
melainkanselaludengansalahsatuimbuhanataulebih. Tetapisebagaimorfemterikat yang berbedadenganimbuhan,
bisamengadakanbentukanataukonstruksidenganmorfemterikatyanglain.
Morfemterikatdalambahasa
IndonesiamenurutSantoso(2004)adaduamacam,yaknimorfemterikatmorfologisdanmorfemterikatsintaksis.Morfemterikatmorfologisyaknimorfemyang terikatpadasebuahmorfemdasar,adalahsebagaiberikut:
a. prefiks(awalan):per-,me-,ter-,di-,ber-danlain-lain
b. infiks(sisipan):-el-,-em,-er-
c. sufiks(akhiran):-an,kan,-i
d. konfiks (imbuhan
gabungan senyawa)
mempunyai
fungsi macam- macamsebagaiberikut.






b. Morfem Segmental dan Morfem Supra
Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang
terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah},
dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h].
Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem
{rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah
morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa
Indonesia. Contoh:
1.
bapak
wartawan
bapak//wartawan
2.
ibu
guru
ibu//guru
c. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem
Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal merupakan
satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu
merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan
gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}.
berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal
dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter}, dan {se-}. morfem-morfem
tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti
‘memakai sepatu’.
d. Morfem Utuh dan Morfem
Terbelah/Terbagi
Morfem utuh merupakan morfem-morfem
yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan
{pergi}.
Morfem terbelah morfem-morfem yang
tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem
yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau
{ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah morfem{gerigi}
dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi,
ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu
sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan
sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada
morfem {getar}.
e. Morfem Monofonemis dan
Morfem Polifonemis
Morfem monofonemis merupakan morfem
yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada
morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada
seperti pada kata asystematic.
Morfem polifonemis merupakan morfem
yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris
morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti
‘satu, sama’.
f. Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan
Morfem Substraktif, Morfem Beralomorf
Zero
Morfem aditif adalah morfem yang
ditambah atau ditambahkan. Kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang
terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari
morfem aditif itu: mengaji, childhood, berbaju dan houses.
Morfem replasif merupakan morfem
yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem
penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à {fi:t}.
Morfem substraktif adalah morfem
yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang
terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
Morfem beralomorf zero atau nol
yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa kekosongan.
B. Kata
1. Hakikat Kata
Para linguis yang sehari-hari
bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai
kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu
masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal.
Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar,
di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda,
melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar,
pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.
Kata adalah satuan terkecil dari
kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang
terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata
bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata ialah morfem atau kombinasi
morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di
bawah ini:






Keenam kata yang kita ambil secara
acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita pasti
akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan
kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata
yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar
atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan
kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2. Klasifikasi kata
a. Kata Benda atau Nomina
Kata
benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Terdiri dari
kata benda konkret kata benda abstrak. Untuk menentukan apakah suatu kata masuk
dalam kategori kata benda atau tidak, kita menggunakan dua prosedur:
v Bentuk
Segala kata yang mengandung morfem
terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan sebagai kata benda. Contoh:
perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
v Kelompok Kata
Kedua macam kata benda itu (baik
yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri
struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru, pelari yang cepat, meja yang
bagus dan pohon yang tua.
b. Kata Kerja atau Verba
Kata
kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku. Berdasarkan
pelengkapnya, kata kerja terbagi atas kata kerja transitif yaitu kata kerja
yang menghendaki adanya suatu pelengkap. Contoh: memukul, menangkap, melihat
dan sebagainya. Dan kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak
memerlukan pelengkap. Contoh: menangis, meninggal, berjalan dan
sebagainya. Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak,
dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas:
v Bentuk
Segala kata yang berimbuhan: me-,
ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata kerja.
v Kelompok Kata
Segala macam kata tersebut di atas
dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur yaitu dapat diperluas
dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c. Kata Sifat atau Adjektifa
Menurut
Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sari
sesuatu benda, misal tinggi, rendah, lama, baru dan sebagainya. Untuk menentukan
apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua
prosedur di atas:
v Bentuk
Dari segi bentuk segala kata sifat
dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se + reduplikasi kata dasar +
nya. Contoh: se-tinggi-tinggi-nya dan se-baik-baik-nya
v Kelompok Kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata
sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih, sekali. Contoh: paling
besar, lebih besar, besar sekali dan paling baik, lebih
baik, baik sekali
d. Kata Ganti atau Pronomina
Yang
termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau yang dibendakan. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat
dibedakan atas:






e. Kata Keterangan
atau Adverbia
Kata keterangan adalah suatu kata atau kelompok kata yang
menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja,
kata sifat, kata keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu jabatan
atau fungsi dalam kalimat.















f. Kata Bilangan
atau Numeralia
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda
atau jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda. Menurut sifatnya
kata bilangan dapat dibagi atas:




g. Kata Sambung atau Conjunctio
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata.
Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung
dengan berbagai cara:







h. Kata Depan (Prepositio)
Kata
depan menurut definisi tradisional, adalah kata yang merangkaikan kata – kata
atau bagian kalimat. Kata - kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia
adalah :
o di,
ke, dari : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata –
kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat seperti di
Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
o Bagi
kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu
atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau
kata – kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada,
kepada.
o Selain
dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun
tunggal seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi,
guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
o Di
samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu
: menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang,
sampai.
i. Kata Sandang atau Articula
Kata
sandang itu tidak mengandung suatu arti tetapi mempunyai fungsi. Fungsi kata
sandang adalah sebgai penentu yaitu
menentukan kata benda seperti yangbesar, yang jangkung, dan lain –
lain. Kata – kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah: yang,
itu, nya, si, sang, hang, dang. Kata – kata sang, hang, dang banyak
ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang kurang digunakan lagi, kecuali sang,
yang kadang – kadang digunakan untuk mengagungkan dan terkadang untuk
menyatakan ejekan atau ironi.
j. Kata Seru atau Interjectio
Kata
seru dianggap sebagai kata paling tua dalam kehidupan bahasa. Dari awal mula
perkembangan umat manusia sedikit demi sedikit diciptakan sistim – sistim bunyi
untuk komunikasi antar anggota masyarakat. Dan bentuk yang paling tua
diciptakan untuk mengadakan hubungan atau komunikasi itu adalah kata seru.
k. Kata Berimbuhan
Dalam
bahasa Indonesia imbuhan merupakan unsur yang penting karena imbuhan
dapat mengakibatkan perubahan jenis kata, bentuk kata, dan makna kata.
M. Kata Ulang
Kata
ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem
melainkan kata.kita bisa melihat contoh berikut : sepeda-sepeda ,
berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang
karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk
tersebut bukan merupakan kata ulang.
l. Kata majemuk
Kata
majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu
dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru. Kata majemuk memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
Ø Gabungan kata itu menimbulkn makna baru
Ø Gabungan kata itu tidk dapat dipisahkan
Ø Gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
Ø Tidak dapat diganti salah satu unsurnya
Ø Tidak dapat dipertukarkan etak unsur-unsurnya
3. Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua
sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat
derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan
berikut ini:

Kata-kata dalam bahasa-bahasa
berfleksi, seprti bahasa Arab, bahasa Latin, bahasa Sansekerta, untuk dapat digunakan
di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori
gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.

Pembentukan kata secara derivatif
adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata
dasarnya, contoh dalam bahasa Indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air
yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari
kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas
nomina.
C. Proses
Morfemis
Proses morfemis dapat dikatakan
sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam
proses morfemis ini terdapat tiga proses yaitu: afiksasi, pengulangan atau
reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan (komposisi).
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan
afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat
unsur-unsur:



Bentuk (atau morfem) terikat yang
dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31).
Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu
berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono,
1995:145). Contoh:




Bila dilihat pada contoh,
berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi
menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks),
pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
Sesuai dengan sifat kata yang
dibentuknya ada dua jenis afiks yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif.
Afiks inflekif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata
inflektif atau paradigma infleksional.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan
satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem
maupun tidak (Cahyono, 1995:145).Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang,
compang-camping, sayur-mayur.
Dalam bahasa Indonesia, gejala reduplikasi dapat dibagi
kedalam lima bagian, yaitu:





Khusus mengenai reduplikasi ada
beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yakni:
a) Bentuk dasar reduplikasi dapat
berupa morfem dasar seperti meja-meja, bentuk berimbuhan seperti
pembangunan-pembangunan, dan bisa juga bentuk gabungan kata seperti surat-surat
kabar atau surat kabar – surat kabar.
b) Bentuk reduplikasi disertai afiks
prosesnya mungkin (a) proses reduplikasi dan afiksasi bersamaan seperti
berton-ton, (b) proses reduplikasi terlebih dahulu baru disusul proses afiksasi
seperti mengingat-ingat, (c) proses afiksasi terjadi terlebih dahulu baru
proses reduplikasi seperti kesatuan-kesatuan.
c) Pada dasar yang berupa gabungan kata
proses reduplikasi bisa berupa reduplikasi penuh dan reduplikasi parsial.
d) Redupliasi dalam bahasa Indonesia
juga bersifat derivasional, seperti kita-kita, kamu-kamu, di-dia dsb
e) Reduplikasi semantis, yaitu dua buah
kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal seperti ilmu
pengetahuan, hancur luluh dan alim ulama.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
(komposisi)
Komposisi adalah hasil dan proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang
terikat sehingga membentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas legsikal
yang berbeda atau yang baru. Komposisi dartikan juga sebagai proses pembentukan
kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).Contoh:Sapu
tangan, Rumah sakit, malaikatmaut dsb
`Kita dapat mengatakan bahwa
pemajemukan membentuk kata-kata dan bukan hanya frasa-frasa sintaksis
yang disebabkan oleh perbedaan di antara tekanan pola dalam kata-kata dan
frasa. Pemajemukan yang memiliki kata-kata dalam golongan yang sama sebagai
frasa mempunyai tekanan utama hanya pada kata pertama, sedangkan kata-kata
perseorangan dalam frasa mempunyai penekanan utama sendiri-sendiri. Contoh:
(tekanan utama dilambangkan dengan ´)
Kata
majemuk
frasa
bláckbird
bláck bírd
mákeup máke
úp
Kata-kata majemuk lain bisa juga
untuk menekankan pola, tetapi hanya jika mereka tidak mampu menjadi frasa. Pola
ini juga hanya menekankan pada kata pertama saja seperti kata majemuk lainnya.
Perbedaan-perbedaan ini sering terjadi, tetapi tidak selalu. Hal ini sering
direfleksikan dalam penulisan umum seperti menulis sebuah kata majemuk sebagai
satu kata atau menggunakan tanda-tanda penghubung untuk menyambung
kata-katanya. Contoh:
eásy-góing
eásy-going
mán-máde
mán-made
hómemáde
homemade
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan
bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri.Di samping
menambahkan imbuhan pada sebuah morfem (afiksasi) atau mengulang seluruh atau
sebagian morfem (reduplikasi) untuk membedakan analisis proses morfologi, ada
juga proses morfologis yang disebut modifikasi internal morfem. Berikut adalah
beberapa contoh dalam bahasa Inggris:


break, broke, broken
bite, bit, bitten
ring, rang, rung
sing,
sang, sung.

strife, strive
teeth, teethe
breath, breathe
life, live (V)
life, live (adj).
5. Suplisi
`Suplisi adalah proses morfologis
yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.Situasi ini muncul karena ada
dua kata berbeda yang ditafsirkan memiliki arti yang sama diinterpretasikan
sebagai kata yang sama. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris akhiran verba
beraturan bentuk past tense dibentuk dengan menambahkan /-† /, /-d /, or
/-əd /. Kebanyakan kata-kata dalam bahasa Inggris, begitu juga kata-kata
susunan baru dalam bahasa Inggris seperti scroosh atau blat akan
mempunyai format past tense ini.
walk
/wak/
walked /wak†/
scroosh
/skruš/
scrooshed
/skruš†/
Ada juga beberapa kelas kata umum
dalam bahasa Inggris bentuk past tense yang berubah huruf vokalnya, misalnya:
sing
/sґŋ/
sang
/sæŋ/
run
/r^n/
ran
/ræŋ/
Bahasa Arab klasik memberikan contoh
lain. Bentuk jamak yang normal untuk kata benda diakhiri dengan /-a†/
dengan memperpanjang bunyi hurufnya. Contoh:
/dira:sa†/
‘(a) study’
/dira:sa:†/ ‘studies’
/haraka†/
‘movement’
/haraka:†/ ‘movements’
6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses
morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya
saja yang berubah.Contoh: read- read-read
7. Konversi
konversi sering juga disebut
derivasi zero, transmutasi, dan transposisi yaitu proses pembentukan kata dari
sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Kata free dalam kalimat the old free fell adalah sebuah nomina, tetapi dalam the dogs will free the coon adalah
bentuk verba yang persis sama dengan bentuk nominanya.
8.
Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk
singkat. Tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Seperti lab
(untuk laboratorium), hlm (untuk halaman), hankam (untuk pertahanan dan
keamanan) dan SD (untuk Sekolah Dasar)
Proses morfemis menurut Verhaar
1.
Afiksasi
adalah pengimbuhan afiks
2.
Prefix
adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.Contoh: mengajar
3.
Sufiks
adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar. Contoh: ajarkan
4.
Infiks
adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar. Contoh: gerigi
5.
Konfiks
adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar. Contoh: perceraian
6.
Fleksi
adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama. Contoh: mengajar –
diajar
7.
Derifasi
adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama. Contoh:
mengajar – pengajar
8.
Interfiks
yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks
–n-dan –o. Contoh: indonesia-logi → indonesianologi dan jawa-logi → jawanologi.
D. Morfofonemik
Morfofonemik, di sebut juga
morfonemik , morfofonologi,atau morfonologi, tau peristiwa perubahannya wujud
morfemis dalamsuatu proses morfologis, baik afiksasi,reduplikasi, maupun
komposisi.
Perubahan fonem dalam proses
morfofonemik ini dapatberwujud:
(1) pemunculan fonem,
(2) pelepasan fonem,
(3) peluluhanfonem,
(4) perubahan fonem
Perubahan-perubahan
itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
Contoh.
a. Fonem
/N/ Morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawalan p,b,f.
meN- +
paksa ____ memaksa
peN- +
bantu ____ pembantu
b. meN-
dan peN- berubah menjadi fonem /m/ ---(t,d,s)
c. meN-
dan peN- berubah menjadi fonem /meng-/ ---(k,g,h dan vokal).
d. meN-
dan peN- berubah menjadi fonem /meny-/ ---(s,c,j).
(5) pergeseran fonem.
Pergeseran perubahan fonem adalah
pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke
silabel berikutnya.
Proses
Fonologis
Ucapan sebuah fonem dapat
berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannyan, atau pada fonem-fonem
lain yang berada di sekitarnya.
Misalnya, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi /o/ (bodoh, balok, kolong) dan kalau berada pasa silabel terbuka akan berbunyi /o/ (obat, orang). Perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem /o/ menjadi fonem lain.
Misalnya, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi /o/ (bodoh, balok, kolong) dan kalau berada pasa silabel terbuka akan berbunyi /o/ (obat, orang). Perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem /o/ menjadi fonem lain.
Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa
tertentu dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi
fonem yang lain. (Chaer, 2007: 132)
Perubahan fonem pada contoh di atas
merupakan proses fonologis atau proses morfofonemik. Morfofonemik, disebut juga
morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi. Proses fonologis dapat berwujud:
(1) asimilasi, (2) netralisasi, (3) diftongisasi, (4) monoftongisasi, (5)
epentesis, (6) metatesis, (7) pemunculan fonem, (8) pelesapan fonem, (9)
peluluhan, (10) perubahan fonem, dan (11) pergeseran fonem.
1. Asimilasi
1. Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa
berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada
di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang
sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Misalnya, kata Sabtu biasa
diucapkan [saptu], di mana bunyi /b/ berubah menjadi /p/ karena pengaruh bunyi
/t/.
2. Netralisasi
2. Netralisasi
Dalam bahasa Belanda kata hard dilafalkan
[hart]. Dalam bahasa Belanda adanya bunyi /t/ pada posisi akhir kata yang dieja
hard adalah hasil netralisasi. Fonem /d/ pada kata hard yang bisa
berwujud /t/ atau /d/ disebut arkifonem. Contoh lainnya, dalan bahasa Indonesia
kata jawab diucapkan [jawap]; tetapi bila diberi akhiran –an bentuknya
menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa
berupa /b/ atau /p/.
3. Diftongisasi
3. Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bunyi
vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong)
secara berurutan. Perubahan dari vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih
diucapkan dalam satu puncak kenyaringan sehingga tetap dalam satu silaba.
Kata anggota diucapkan
[aŋgauta], sentosa diucapkan [səntausa]. Perubahan ini terjadi pada
bunyi vokal tunggal /o/ ke vokal rangkap /au/. Hal ini terjadi karena adanya
upaya analogi penutur dalam rangka pemurnian bunyi pada kata tersebut. Bahkan,
dalam penulisannya pun disesuaikan dengan ucapannya, yaitu anggauta dan sentausa.
Contoh lain: teladan menjadi tauladan [tauladan] = vokal /ə/
menjadi /au/.
4. Monoftongisasi
4. Monoftongisasi
Kebalikan dari diftongisasi adalah
monoftongisasi, yaitu perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (difftong)
menjadi vokal tunggal (monoftong). Peristiwa penunggalan vokal ini banyak
terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan pengucapan terhadap
bunyi-bunyi diftong.
Kata ramai diucapkan [rame], petai
diucapkan [pəte]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal rangkap /ai/ ke
vokal tunggal /e/. Penulisannya pun disesuaikan menjadi rame dan pete.
Contoh lain: satai menjadi [sate].
5. Epentesis
Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata. Misalnya:
5. Epentesis
Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata. Misalnya:
- ada kapak di samping kampak
- ada sajak di samping sanjak
- ada upama di samping umpama
- ada jumblah di samping jumlah
- ada sampi di samping sapi
6. Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan
bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing.
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang mengalami metatesis ini tidak banyak.
Hanya beberapa kata saja. Misalnya: selain jalur ada kata lajur,
selain kolar ada koral, selain berantas ada banteras.
7. Pemunculan Fonem
7. Pemunculan Fonem
Pemunculan fonem, pelesapan fonem,
peluluhan, perubahan fonem, dan pergeseran fonem biasa terjadi pada proses
afiksasi. Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa
bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata-kata baru (Rohmadi
dkk, 2009: 41)
Pemunculan fonem dapat kita lihat
dalam proses pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi
membaca; di mana terlihat muncul konsonan sengau /m/. Juga dalam kata harian
yang diucapkan [hariyan] di mana terlihat muncul konsonan /y/. Contoh
pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
- /ke - an/ + /tingi/ = [kətingiyan]
- /pe - an/ + /nanti/ = [pənantiyan]
- /ke - an/ + /pulau/ = [kəpulauwan]
- /me-/ + /beli/ = [məmbəli]
- /me- / + /dapat/ = [məndapat]
8. Pelesapan Fonem
Pelesapan fonem dapat kita lihat
dalam proses pengimbuhan akhiran -wan pada kata sejarah sehingga
menjadi sejarawan di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi
hilang. Contoh pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
- /anak/ + /-nda/ = [ananda]
- /ber-/ + /kerja/ = [bəkərja]
9. Peluluhan Fonem
Proses peluluhan fonem dapat kita
lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada kata sikat; di mana fonem /s/
pada kata sikat diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari
perfiks tersebut. Contoh proses peluluhan fonem yang lain adalah:
- /me-/ + /karang/ = [məŋaran]
- /me-kan/ + /kirim/ = [məŋirimkan]
- /me-/ + /pilih/ = [məmilih]
- /me-kan/ + /saksi/ = [mənyaksikan]
- /me-/ + /tata/ = [mənata]
- /me-i/ + /telusur/ = [mənəlusuri]
10. Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem dapat kita
lihat dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar; di
mana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. contoh lain dalam
bahasa Arab, dalam penggabungan artikulus al dengan kata rahman berubah
menjadi arrahman di mana fonem /l/ berubah menjadi fonem /r/.
11. Pergeseran Fonem
11. Pergeseran Fonem
Proses pergeseran fonem adalah
pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke
silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan
sufiks /an/ pada kata jawab di mana fonem /b/ yang semula berada pada silabel
/wab/ pindah ke silabel /ban/. Juga dalam proses pengimbuhan sufiks /i/ pada
kata lompat di mana fonem /t/ yang semula berada pada silabel /pat/ pindah ke
silabel /ti/.
- ja.wab + -an = ja.wa.ban
- lom.pat + -i = lom.pa.ti
DAFAT
PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti M.K., 2009. KajianBahasa Indonesia I.
Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan.
Faisal, M., dkk. 2009. KajianBahasa Indonesia SD.
Jakarta: DirektoratJendralPendidikanTinggiDepartemenPendidikanNasional.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diks
http://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/24/struktur-hirarkis-kata-kata-dan-proses-pembentukan-kata-dalam-bahasa/
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Rohmadi dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Rohmadi dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka
Maaf sya ingin bertanya.. Ap hubungan morfem dengan tataran linguistik morfologi
BalasHapus