PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL,PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA, PENYUSUNAN KALIMAT BAKU


A .PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT  RAGAM FORMAL
Diksi atu pilihan kata berfungsi untuk memudahkan pemuda memahami maksud Anda penulis.oleh karena itu,ketika Anda membuat kalimat bahasa Indonesia ragam harus memilih,menimbang dan menggunakan kata secara tepat.
            Kenapa harus memilih kata dan menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini:
1.      Kata –kata  Denotatif dan Konotatif
            Kata-kata yang bermakna denotatif adalah kata-kata yang disebut juga bermakna konseptual,bermakna kognitif,bermakna referensial.Kata yang bermakna denottif adalah kata  yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan,penciuman,pendengaran,perabaan,pengecapan.Artinya,kata –kata  bermakna denotatif adalah kata-kata yang maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objectif(Chaer,1995:65-66).Makna denotatif  juga dapat diartikan sebagai makna yang didasarkan atau hubungan lugas antara satuan kata dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa  itu secara tepat(Pateda,2001:98)
            Kata –kata yang bermakna konotatif adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial,sikap pribadi,dan kriteria tambahan yang dikenakan sebuah makna konseptual atau denotatif(Arifin dan Tasai,2004:26).Menurut Pateda(2001:112).makna konotatif muncul akibat asosiatif perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau ykata yang dibaca.Harus dipahami bahwa konotatif terdapat pada kata bermakna denotatif.Artinya,dapat dipahami bahwa pada umumnya  semua kata mempunyai makna denotatif,tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif(Chaer,1995:65)
Kata Denotatif
Kata Kotatif
membicarakan
Membahas,mengkaji
memperhatikan
Menelaaah,meneliti,menyelidiki
penonton
Pemirsa,pemerhati
rumah
Gedung,wisma,graha
membuat
Merakit,menyulap
sesuai
Harmonis,serasi
tukang
Juru,ahli
pekerja
Pegawai,karyawan
tengah
media
mati
Meninggal,wafat
Dalam karangan ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan secara tepat.Namun demikian,kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial,sikap pribadi,atau kriteria tambahan tertentu(makan konotatif) dapat pula digunakan pada kondisi dan situasi tertentu
2.      Kata umum dan kata khusus
  Kata umum digunakan untuk mengunngkapkan hal yang generik(universal).
  Kata khusus digunakan untuk mengungkapkan hal yang spesifik(spesial).
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah  kata yang memiliki acuan yang lebih luas daripada kata khusus.Kata umum  dan kata khusus tersebut sebagai berikut di bawah ini.
Kata umum
Kata khusus
ikan
Gurame,lele,sepat,tuna,nila,koki mas
bunga
Mawar,melati,dahlia,anggrek
Hewan mamalia
Sapi,kerbau,kuda,keledai,kambing
Burung
Beo,kakak tua,merpati,perkutut
3.      Kata-kata bersinonim
`           Kata –kata yang bersinonim adalah kata –kata yang (bentuknya memang berbeda) yang pada dasarnya makna yang hampir sama.dalam bahasa Indonesia ,kata –kata yang yang bersinonim adalah seperti dibawah ini:
1)      Cerdas      = cerdik,hebat,pintar
2)      Besar        = agung,raya
3)      Mati          =  mangkat,wafat, meninggal
4)      Ilmu         = pengetahuan
5)      Penelitian = penyelidikan
4.      Kata baku dan Nonbaku
Pertama kata baku dan non baku dpata dilihat berdasarkan ranah fonologis. Maksudnya,sebuah kata kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena enambahan fonem,pengurangan fonem.ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini.
Pasangan kata baku dan non baku karena penambahan fonem:
Kata baku
Kata non baku
imbau
himbau
andal
handal
utang
hutang
rapi
rapih
ubah
rubah
Pasangan kata baku dan non baku karena pengurangan fonem.
Kata baku
Kata non baku
terap
trap
terampil
tampil
tetapi
tapi
tidak
tak
tahu
tau

Pasangan kata baku dan non baku karena pengubahan fonem.
Kata baku
Kata non baku
telur
telor
ubah
obah
tampak
nampak
lubang
lobang
roboh
rubuh
lafal
lapal
rezeki
rejeki
Kedua, kata baku dan non baku dapat pula dilihat berdasarkan ranah morfologis.maksudnya,sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata non baku karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem dan enambahan fonem,terjadi pergantian afikss,dan terjadi kelebihan fonem.
Pasangan  kata baku dan non baku karena pada hasil morfologis terjadi pengurangan fonem.
Kata baku
Kata non baku
memfokuskan
memokuskan
memprotes
memrotes
memfitnah
memitns
memfotokopi
memotokopi
mempromosikan
memrosikan
memproduksi
memroduksi
memproses
memroduksi
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi pengubahan  fonem.
Kata baku
Kata non baku
mengubah
merubah
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi penggantian afiks.
Kata baku
Kata non baku
menangkap
nangkap
menatap
natap
menari
nari
menolak
nolak
menolong
nolong
menahan
nahan
mengirim
ngirim
mengajar
nagajar
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi kelebihan fonem.
Kata baku
Kata non baku
beracun
berracun
berakit
berrakit
beragam
berragam
beternak
berternak
bekerja
berkerja

Frasa baku
Frasa non baku
Tidak terlalu
Tidak begitu
Tidak seperti
Tidak begini
Belum masak
Belum matang
Tidak sabar
Tidak sabaran
Hanya nasi
Asi tok
Sangat malas
Malas banget
Ketiga,kata(frasa) baku dan non baku dapat dilihat berdasarkn ranah leksikon. Maksudnya,sebuah kata(frasa) baku dan non baku kadang-kadang memiliki kata(frasa)
Pasangan kata (frasa) baku dan kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti berikut:
Frasa bakumala
Frasa non baku
Waktu lain
Lain waktu
Malam ini
Ini malam
Amat besar
Besar amat
Pertama kali
Kali pertama
Amat mahal
Mahal amat
Pasangan frasa kata baku dan frasa yang bermakna reduhan (non baku)
Frasa baku
Frasa non baku
Sangat pedih
Amat sangat pedih,amat pedih
Paling pandai
Paling terpandai terpandai
Berpandang-pandangan
Saling berpandangan-pandangan saling berpandang
Saling tolak
Saling tolak- menolak tolak-menolak
Banyak rumah
Banyak rumah-rumah umah-rumah
Pasangan kata baku dan non baku menggunakan kata serapan.Contohnya seperti berikut:
Kata bakukelas
Kata non baku
apotek
apotik
atlet
atlit
asas
azas
advokat
adpokat
atmosfer
atmosfir
ekspor
eksport
ekuivalen
ekwivalen
esai
esei
jadwal
jadual
izin
ijin
hierarki
hirarki
frekuensi
frekwensi
konkret
konkrit
kualitas
kwalitas
metode
metoda
5.      Penggunaan kata secara tepat
  Contohnya kekeliruan  penggunaan kata depan (presposisi)di yang seharusnya di gunakan pada dapat dilihat seperti di bawah ini.
Penggunaan yang tepat
Penggunaan yang tidak tepat
Pada saya
Di saya
Pada kami
Di kami
Pada kita
Di kita
Pda malam hari
Di malam hari
Pada waktu itu
Di waktu itu
Pada saat ini
Di saat itu
Pada paman
Di paman
Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat dilihat pada contoh di bawah ini:
Penggunaan yang tepat

Kepada saya
Ke saya
Kepada dia
Ke dia
Kepada paman
Ke paman
Kepada adik
Ke adik
Kepada mereka
Ke mereka
Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat formal. Fungsi penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai adalah sbb:
1.Untuk keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.
2.Untuk keterangan waktu digunakan kata pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3.Untuk keterangan alat digunakan kata dengan .
4,untuk keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi.
5 untutk keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan jalan.
6.Untuk keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan.
7.Untuk keterangan sebab digunakan kata  karena,sebab.
6. Penulisan kata secara benar
  Contoh penulisan kata awalan di yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Di atas
diatas
Di jalan
dijalan
Di sekolah
disekolah
Di kampus
Dikampus
Di restoran
direstoran
Di pasar
dipasar
Di kantin
dikantin
Penulisan kata ke yang benar:
Penggunan yang tepat
Penggunaan yang salah
Ke atas
Keatas
Ke samping
Kesamping
Ke bawah
Kebawah
Ke jalan
Kejalan
Ke pinggir
Kepinggir
Penulisan kata depan dari yang benar adalah sbb:
Penulisan yan benar
Penulisan yang salah
Dari atas
dariatas
Dari toko
Daritoko
Dari pasar
daripasar
Dari rumah
darirumah
Dari samping
Darisamping
Penulisan kata non yang benar adalah sebagai berikut:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Non-Indonesia
Non Indonesia
Non-korea
Non korea
Non-islam
Non islam
Non-minangkabau
Non minangkabau
nonkolaborasi
Non kolaborasi
Penulisan partikel sub yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
subseksi
Sub seksi,sub-seksi
subbagian
Sub bagian,sub-bagiam
Penulisan partikel per yang benar adalah sebagai berikut:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Per jam
perjam
Per hari
perhari
Per bulan
perbulan
Per caturwulan
percaturwulan
Per semester
persemester

Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
perbesar
Per besar
persatu
Per satu
perkecil
Per kecil
perbudak
Per budak
peradik
Per adik
persingkat
Per singkat
Penulisan kata pun yang benar adalah sbb:
Penulisan kata yang benar
Penulisan kata yang salah
Aku pun
Besarpun
Mereka pun
merekapun
Dia pun
diapun
Air pun
airpun
Sekarang pun
sekarangpun

Penulisan yang benar
Penulisan  yang salah
walaupun
Walau pun
Sungguhpun
Sungguh pun
meskipun
meskipun
bagaimanapun
Bagaiman pun
kendatipun
Kendati pun
Penulisan pasca yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
pascasarjana
Pasca saarjana
Pascapanen
Pasca panen

Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Bertolak belakang
bertolakbelakang
Tanda tangani
Tandatangani
ditandatangani
Ditanda tangani
Mendarah daging
mendarahdaging
melatarbelakangi
Melatar belakangi
dianalisis
Di analisis
dikaji
Di kaji
dikelola
Di kelola
ketujuh
Ke tujuh





B. PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
            Karangan ilmiah yang disusun harus menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang baik. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulis pengarang harus menggunakan ragam bahasa Indonesia baku termasuk didalamnya aspek struktur kalimat. Karangan ilmiah terutama terdiri atas komponen isi dan komponen bentuk. Komponen isi dalam karangan ilmiah berhubungan dengan ide, gagasan, atau konsep yang hendak disampaiikan oleh pengarang, sedangkan komponen bentuk berkaitan dengan organisasi penyajian ide, gagasan, atau konsep di atas.
            Dalam kenyataan itu, banyak penulis yang hanya mementingkan kompnen isi dan mengabaikan kompnen bentuk, terutama struktur kalimat dan struktur paragraf. Hal disebabkan penulis tersebut menganggap bahwa komponen isi merupakan komponen yang sangat penting, sedangkan komponen bentuk  dianggap tidak terlalu penting. Padahal, kompnen bentuk seperti struktur kalimat, struktur paragraf, struktur karangan, adalah sama pentingnya dengan komponen isi.
            Karangan ilmiah mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hirarkis, yaitu satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu system. Dalam system tersebut satuan yang lebih kecil merupakan bagian dari satuan yang lebih besar. Satuan-satuan itu adalah morfem, kata, farasa, klausa, kalimat, paragraf, dan karangan/wacana.
1.      Struktur kalimat
Kalimat adalahn satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh(Alwi, dkk., 1998: 311). Dalam wujud lisan  (pertuturan), kalimat diucapkan dengan suara naik turun keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan inyonasi akhir yang diikuti dengan kesenyapan.
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah beragam baku. Kalimat terdidri dari  dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh bentuk tersebut. Struktur sebuah kalimat ragam baku harus mengandung kelengkapan unsure-unsurnya, tuntas maknanya, dan berterima dari segi nilai social dan budaya masyarakat pemakainya.
Dari segi unsur-unsurnya, sebuah kalimat disebut lengkap jika memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran  penulis. Dalm kenyataan, kaliamat yang lengkap minimal memilki dua unsur, yaitu unsur subjek dan unsur predikat.
Untuk memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat kaidah tata bahasa, seorang penulis mengenal fungsi unsur kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan).
Pertama, ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut :
1.      Pada umumnya subjek adalah nomina atau frasa nomina atau kelas kata lain yang dapat menduduki fungsi subjek.
2.      Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
3.      Dapat diperluas dengan kata itu, ini.
4.      Dapat diperluas menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung yang.
Kedua, ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :
1.      Prdeikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjectival, nomina, atau frase nomina, numerak, atau frase numeralia.
2.      Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa, atau bagaimana.
3.      Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan.
4.      Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau.
Ketiga, ciri-ciri objek adalah sebagai berikut :
1.      Terdapat dalm kalimat transitif.
2.      Terletak langsung dibelakang predikat.
3.      Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
4.      Tidak didahului oleh preposisi.
5.      Dapat diganti dengan pronominal-nya
6.      Berwujud frasa nomina atau klausa.
Keempat, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut :
1.      Berwujud nomina, frasa nomina, verba, frasa verba, adjektiva, frasa adjektiva, atau klausa.
2.      Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek kalau unsur objek hadir.
3.      Tidak dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
4.      Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba.
5.      Tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan, akan.
Kelima, ciri-ciri keterangan adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan informasi tntang waktu, tempat, cara, alatm sebab, akibat.
2.      Memiliki keluasan posisi dalam kalimat
3.      Didahului oleh kata depan seperti di, dari,pada, selama,dengan, sebab.
4.      Biasanya berupa frase proposisional.
5.      Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.

2.      Pola kalimat dasar
Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami perubahaan seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, keterangan predikat, dan keterangan objek. Pada hakikatnya,  kalimat yang panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat dasar. Selanjutnya kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri. Pola-pola itulahnyang dimaksud dengan pla dasar kalimat. Menurut Alwi, dkk. (1998:321-322) ada enam tipe kalimat dasr dalam bahas Indonesia.


a.       Kalimat dasar berpola S-P :
Orang itu sedang tidur.
Dia berlari.
Mereka sedang berjalan.
Anggota dewan mulai bersidang.
Saya guru.
Mereka mahasiswa.
Kami pelajar.
Kami pengamen.
b.      Kalimat dasar berpola S-P-O  :
Ayahnya membeli mobil baru.
Ran mendapat hadiah.
Dia menulis buku teks.
Anaknya mempelajari bahasa Jepang.
Mendiknas membuka seminar nasional.
c.       Kalimat dasar berpola S-P-Pel :
Adikku belajar computer.
Pancasila merupakan dasar Negara kita.
Bapak itu adalah Rektor Universitas Negri Padang.
Dia sudah menjadi dosen.
d.      Kalimat dasar berpola S-P-Ket :
Penceramah itu berasal dari IAIN.
Banjir besar telah terjadi di Amerika
Ayahku tinggal dikampung.
Rumah kami berada di seberang sungai.
e.       Kalimaat dasar berpola S-P-O-Pel :
Panitia member penatar cendera mata.
Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Rector menugasi stafnya pekerjaan tambahan.
Dian mengabilkan adiknya air minum.
f.       Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket :
Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
Polisi memperlakukan tertuduh dengan baik.
Mahasiswa melaporkan kejadian itu kepada pimpinan kampus.
3.      Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar kalimat. Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan seperti diuraikan pada pola kalimat dasar sebelumnya. Namun demikian, dalam kalimat tunggal bias diperluas dengan unsur tambahan (tidak wajib) seperti diuraikan pada pola kalimat dasra sebrelumnya.
a.       Kalimat transitif :
Bu camat sedang berbelanja.
Pak halim belum datang.
Mereka berjalalan dengan tongkat.
Kami berenang pada hari minggu pagi.
Pak ahmad akan naik haji
b.      Kalimat ekatransitif :
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
DPR menyeleksi anggota Komisi Pemilihan Umum.
Dia memberangkatkan kerata api itu terlalu cepat.
c.       Kalimat dwitransitif :
Kami sedang mencarikan anak itu pekerjaan.
Bapak akan membelikan anak itu hadiah ulang tahun.
Dia sedang membuatkan pak ali laporan tahunan.
d.      Kalimat pasif :
Seorang asisten baru telah diangkat Pak Toha.
Pameran itu akan dibuka Gubernur Sumatra Barat.
Rumah tua itu diperbaiki pemerintah dalam waktu dekat.
e.       Kalimatn berpredikat adjektif :
Ayahnya sakit.
Pernyataan orang itu benar.
Warna bajunya biru laut.
Ayah saya sakit perut.
f.       Kalimat berpredikat nomina :
Buku itu cetakan Bandung.
Dia guru saya.
Orang itu pencurinya.
g.      Kalimat berpredikat numeral :
Anaknya banyak.
Uangnya hanya sedikit.
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
h.      Kalimat berfrasa preposisional :
Ibu sedang kepasar.
Anak itu sedang sekolah.
Gelang ini untuk Rita.
Ayahnya dari sunda.
4.      Kalimat majemuk
a.      Kalimat majemuk setara  ( koordinatif )
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan penjumlahan :
-Sudah sebulan kamimmengarungi laut dan kami amat merindukan daratan.
-Pad hari yang naas itu gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah menjadi berantakan.
-Aku melompat8i tangga  kemudian  berelari ke halaman.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan perlawanan :
-Masalah kemiskinan tidak hanya masalah nasional, tetapi juga masalah kemanusiaan.
-Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkan juga lebih terbuka.
-adikku belum sekolah, tetapi dia sudah bias membaca.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan pemilihan :
-Dalam keadaan seperti itu, dia terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh.
-Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
-Kamu akan pergi kesekolah atau ikut dengan kami ke rumah nenek?
b.      Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif )
1.      Konjungtor waktu yaitu setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2.      Konjungtor syarat yaitu jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, mana kala.
3.      Konjungtor pengandaian yaitu andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya.
4.      Konjungtor tujuan yaitu agar, supaya, biar guna, untuk,
5.      Konjungtor konsesif yaitu biarpun, meskipun, sesungguhpun, sekalipun, waaupun, kendatipun.
6.      Konjungtor pembanding yaitu seperti laksana, seolah olah, sebagaimana, bagaikan, seakan, akan, alih-alih, ibarat.
7.      Konjungtor sebab yaitu sebab karena  oleh karena
8.      Konjungtor hasil atau akibat yaitu sehingga, akibatnya, sampai sampai.
9.      Konjungtor cara yaitu dengan tanpa.
10.  Konjungtor alat yaitu dengan, tanpa.





C. PENYUSUNAN KALIMAT BAKU
Kalimat baku adalah kalimat yang baik dan azim digunakan dalam ranah formal. Kalimat baku merupakan kalimat yang tepat untuk menyampaikan maksud penulis kepada pembaca. Berkaitan dengan kalimat baku ini, arifin (1991:85) mengungkapkan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa jelas dibaca. Kalimat itu sekurang kurangnya memiliki subjek dan predikat. Menurut Keraaf (1980:36) juga mengemukakan bahwa suatu kalimat dapat dikatakan baik apabila kalimat tersebut sesuai dengan criteria berikut ini : (1) memiliki kesatuan gagasan, (2) memiliki koherensi, (3) memiliki vaariasi kalimat, (4) memiliki kesejajaran , (5) memiliki kelogisan penalaran.
1.      Ciri-ciri kalimat baku
Kalimat baku haruslah berwawasan keilmuan. Bertolak dari berbagai pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat baku merupakan kalimat yang memiliki empat ciri berikt ini.
a.      Kalimat baku memiliki kejelasan struktur  (normatif)
Pertama, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki  agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan struktur aktif atau pasif.
(1)   Permasalahan itu kami sudah merundingkannya dengan Bapak Rektor. (nonbaku)
(2)   Hasil penelitian itu saya sudah membacanya. (nonbaku).
Setelah diperbaiki :
(1)   Permasalahan itu sudah kami rundingkan dengan Bapak Rektor. (baku)
(2)   Hasil penelitian itu sudah saya baca. (baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki  agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan subjek.
(1)   Dengan caara kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (nonbaku)
(2)   Agar setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. (nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Cara kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (baku)
(2)   Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.(baku)
Ketiga, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki  agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan predikat.
(1)   Salah satu ciri logam akan memuai jika dipanaskan.(nonbaku)
(2)   Wilayah yang akan di kembangkan menjadi objek wisata misalnya Gunung Padang.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Salah satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan.(baku)
(2)   Wilayah yang akan di kembangkan menjadi objek wisata adalah Gunung Padang.(baku)
Keempat, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki  agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan keterangan.
(1)   Pengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(nonbaku)
(2)   Penempatan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian dsengan tertib. (non baku)
(3)   Mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Untuk mengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(baku)
(2)   Dengan menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian dengan tertib. (baku)
(3)   Setelah mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(baku)
Kelima, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki  agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan keberadaan subjek.
(1)   Karena sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan kembali los pasar itu.(nonbaku)
(2)   Sejak didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Karena los pasar itu sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan kembali los pasar itu.(baku)
(2)   Sejak rumah itu didirikan, kami belum pernah memperbaikinya.(baku)
b.      Kalimat baku memiliki kelogisan makna
Pertama, beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi kelogisan hubungan makna S dan P.
(1)   Permasalahan tersebut ingin saya tuntaskan malam ini.(nonbaku)
(2)   Pembangunan jembatan itu akan dibangun tahun ini. (nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Saya ingin menuntaskan Permasalahan tersebut malam ini.(baku)
(2)   Pembangunan jembatan itu akan dilaksanakan tahun ini. (baku)
Kedua, beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi kelogisan makna rincian.
(1)   Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, gigih bekerja dan harus bersabar. (nonbaku).
(2)   Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi program Ketua Jurusan belum menyetujuinya.(nonbaku).
Setelah diperbaiki :
(1)   Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, kegigihan, dan harus bersabar.(baku).
(2)   Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui Ketua Jurusan.(baku).
c.       Kalimat baku memiliki kehematan kata
Pertama, dalam kalimat majemuk bertingkat yang memiliki subjek yang sama, sebaiknya penulis hanya menggunakan subjek dalam induk kalimat saja.
(1)   Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena dia tidak diundang.(nonbaku)
(2)   Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih dahulu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena tidak diundang.(baku)
(2)   Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih dahulu.(baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi penggunaan satu kata dari beberapa kata yang bersinonim.
(1)   Arman adalah murid yang paling terpandai di kelasnya.(nonbaku).
(2)   Para petani-petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(nonbaku).
Setelah diperbaiki :
(1)   Arman adalah murid yang terpandai di kelasnya.(baku).
(2)   Para petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(baku).
Ketiga, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi penggunaan kata yang dibutuhkan untuk mengungkapkan maksud penulis.
(1)   Penyaji makalah itu membahas tentang sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa datang.(nonbaku).
(2)   Pakar pendidikan itu sering mengemukakan tentang penyebab rendahnya kualitas pendidikan nasional. (nonbaku).
Setelah diperbaiki :
(1)   Penyaji makalah itu membahas sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa datang.(baku)
(2)   Pakar pendidikan itu sering mengemukakan penyebab rendahnya kualitas pendidikan nasional. (baku)
d.      Kalimat baku memiliki kebakuan kata
(1)   Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya belajar sendiri dibarengi dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
(1)   Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan.(baku).

2.      Variasi kalimat baku
a.      Variasi pengutamaan informasi
(1)   Karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya dapat membangun sepuluh gedung SD dalam tahun ini.
(2)   kami membutuhkan uang sebanyak dua miliar rupiah untuk pembangunan mesjid itu.
(3)   Untuk pembangunan mesjid itu, kami membutuhkan uang sebanyak dua milyar rupiah.
b.      Variasi kalimat aktif  dan pasif
(1)   Saya akan melaporkan masalah ini kepada rector
(2)   Masalah ini akan saya laporkan kepada rector
(3)   Saya akan menguraikan ciri-ciri kalimat pasif pada subbab berikut.
(4)   Cici-ciri kalimat pasif akan saya uraikan pada subbab berikut
c.       Variasi kalimat tunggal dan majemuk
Selain itu, variasi kalimat dapat diwujudkan dengan cara yang memvariasikan kalimat tunggal dan majemuk. Artinya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal dapat bervariasi seperti kalimat tunggal, kalimat majemuk, setara (koordinatif), dan kalimat majemuk bertingkat (subrdinatif).

Komentar

  1. Terimakasih kak sangat bermanfaat sekali ! ^_^

    BalasHapus
  2. Atur nuhun mbak . Dapet salam dari maba unp 19 .

    BalasHapus
  3. tolong dijawab dong mau nulis buat daftar pustakaa siapa yang nulis artikel inii??

    BalasHapus

Posting Komentar