PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL,PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA, PENYUSUNAN KALIMAT BAKU
A .PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL
Diksi atu
pilihan kata berfungsi untuk memudahkan pemuda memahami maksud Anda
penulis.oleh karena itu,ketika Anda membuat kalimat bahasa Indonesia ragam
harus memilih,menimbang dan menggunakan kata secara tepat.
Kenapa harus memilih kata dan
menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini:
1.
Kata –kata Denotatif dan Konotatif
Kata-kata yang bermakna denotatif
adalah kata-kata yang disebut juga bermakna konseptual,bermakna
kognitif,bermakna referensial.Kata yang bermakna denottif adalah kata yang bermakna sesuai dengan hasil observasi
penglihatan,penciuman,pendengaran,perabaan,pengecapan.Artinya,kata –kata bermakna denotatif adalah kata-kata yang
maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objectif(Chaer,1995:65-66).Makna
denotatif juga dapat diartikan sebagai
makna yang didasarkan atau hubungan lugas antara satuan kata dan wujud di luar
bahasa yang diterapi satuan bahasa itu
secara tepat(Pateda,2001:98)
Kata –kata yang bermakna konotatif
adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif dan timbul sebagai akibat dari
sikap sosial,sikap pribadi,dan kriteria tambahan yang dikenakan sebuah makna
konseptual atau denotatif(Arifin dan Tasai,2004:26).Menurut
Pateda(2001:112).makna konotatif muncul akibat asosiatif perasaan pemakai
bahasa terhadap kata yang didengar atau ykata yang dibaca.Harus dipahami bahwa
konotatif terdapat pada kata bermakna denotatif.Artinya,dapat dipahami bahwa
pada umumnya semua kata mempunyai makna
denotatif,tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif(Chaer,1995:65)
Kata Denotatif
|
Kata Kotatif
|
membicarakan
|
Membahas,mengkaji
|
memperhatikan
|
Menelaaah,meneliti,menyelidiki
|
penonton
|
Pemirsa,pemerhati
|
rumah
|
Gedung,wisma,graha
|
membuat
|
Merakit,menyulap
|
sesuai
|
Harmonis,serasi
|
tukang
|
Juru,ahli
|
pekerja
|
Pegawai,karyawan
|
tengah
|
media
|
mati
|
Meninggal,wafat
|
Dalam karangan
ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan secara tepat.Namun
demikian,kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial,sikap pribadi,atau
kriteria tambahan tertentu(makan konotatif) dapat pula digunakan pada kondisi
dan situasi tertentu
2.
Kata umum dan
kata khusus
Kata umum
digunakan untuk mengunngkapkan hal yang generik(universal).
Kata khusus
digunakan untuk mengungkapkan hal yang spesifik(spesial).
Dalam
bahasa Indonesia, kata umum adalah kata
yang memiliki acuan yang lebih luas daripada kata khusus.Kata umum dan kata khusus tersebut sebagai berikut di
bawah ini.
Kata umum
|
Kata
khusus
|
ikan
|
Gurame,lele,sepat,tuna,nila,koki
mas
|
bunga
|
Mawar,melati,dahlia,anggrek
|
Hewan
mamalia
|
Sapi,kerbau,kuda,keledai,kambing
|
Burung
|
Beo,kakak
tua,merpati,perkutut
|
3. Kata-kata bersinonim
` Kata –kata yang bersinonim adalah
kata –kata yang (bentuknya memang berbeda) yang pada dasarnya makna yang hampir
sama.dalam bahasa Indonesia ,kata –kata yang yang bersinonim adalah seperti
dibawah ini:
1)
Cerdas = cerdik,hebat,pintar
2)
Besar = agung,raya
3)
Mati =
mangkat,wafat, meninggal
4)
Ilmu = pengetahuan
5)
Penelitian
= penyelidikan
4.
Kata baku dan
Nonbaku
Pertama kata
baku dan non baku dpata dilihat berdasarkan ranah fonologis. Maksudnya,sebuah
kata kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena enambahan fonem,pengurangan
fonem.ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini.
Pasangan kata
baku dan non baku karena penambahan fonem:
Kata baku
|
Kata non
baku
|
imbau
|
himbau
|
andal
|
handal
|
utang
|
hutang
|
rapi
|
rapih
|
ubah
|
rubah
|
Pasangan kata
baku dan non baku karena pengurangan fonem.
Kata baku
|
Kata non
baku
|
terap
|
trap
|
terampil
|
tampil
|
tetapi
|
tapi
|
tidak
|
tak
|
tahu
|
tau
|
Pasangan kata baku dan non baku karena
pengubahan fonem.
Kata baku
|
Kata non
baku
|
telur
|
telor
|
ubah
|
obah
|
tampak
|
nampak
|
lubang
|
lobang
|
roboh
|
rubuh
|
lafal
|
lapal
|
rezeki
|
rejeki
|
Kedua, kata baku
dan non baku dapat pula dilihat berdasarkan ranah morfologis.maksudnya,sebuah
kata baku kadang-kadang memiliki kata non baku karena pada hasil proses
morfologis terjadi pengurangan fonem dan enambahan fonem,terjadi pergantian
afikss,dan terjadi kelebihan fonem.
Pasangan kata baku dan non baku karena pada hasil
morfologis terjadi pengurangan fonem.
Kata baku
|
Kata non
baku
|
memfokuskan
|
memokuskan
|
memprotes
|
memrotes
|
memfitnah
|
memitns
|
memfotokopi
|
memotokopi
|
mempromosikan
|
memrosikan
|
memproduksi
|
memroduksi
|
memproses
|
memroduksi
|
Pasangan kata baku dan non baku karena
hasil morfologis terjadi pengubahan
fonem.
Kata baku
|
Kata non baku
|
mengubah
|
merubah
|
Pasangan kata baku dan non baku karena
hasil morfologis terjadi penggantian afiks.
Kata baku
|
Kata non baku
|
menangkap
|
nangkap
|
menatap
|
natap
|
menari
|
nari
|
menolak
|
nolak
|
menolong
|
nolong
|
menahan
|
nahan
|
mengirim
|
ngirim
|
mengajar
|
nagajar
|
Pasangan kata baku dan non baku karena
hasil morfologis terjadi kelebihan fonem.
Kata baku
|
Kata non baku
|
beracun
|
berracun
|
berakit
|
berrakit
|
beragam
|
berragam
|
beternak
|
berternak
|
bekerja
|
berkerja
|
Frasa baku
|
Frasa non baku
|
Tidak terlalu
|
Tidak begitu
|
Tidak seperti
|
Tidak begini
|
Belum masak
|
Belum matang
|
Tidak sabar
|
Tidak sabaran
|
Hanya nasi
|
Asi tok
|
Sangat malas
|
Malas banget
|
Ketiga,kata(frasa)
baku dan non baku dapat dilihat berdasarkn ranah leksikon. Maksudnya,sebuah
kata(frasa) baku dan non baku kadang-kadang memiliki kata(frasa)
Pasangan kata (frasa) baku dan
kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti berikut:
Frasa bakumala
|
Frasa non baku
|
Waktu lain
|
Lain waktu
|
Malam ini
|
Ini malam
|
Amat besar
|
Besar amat
|
Pertama kali
|
Kali pertama
|
Amat mahal
|
Mahal amat
|
Pasangan frasa kata baku dan frasa yang
bermakna reduhan (non baku)
Frasa baku
|
Frasa non baku
|
Sangat pedih
|
Amat sangat
pedih,amat pedih
|
Paling pandai
|
Paling
terpandai terpandai
|
Berpandang-pandangan
|
Saling
berpandangan-pandangan saling berpandang
|
Saling tolak
|
Saling tolak-
menolak tolak-menolak
|
Banyak rumah
|
Banyak
rumah-rumah umah-rumah
|
Pasangan kata baku dan non baku
menggunakan kata serapan.Contohnya seperti berikut:
Kata bakukelas
|
Kata non baku
|
apotek
|
apotik
|
atlet
|
atlit
|
asas
|
azas
|
advokat
|
adpokat
|
atmosfer
|
atmosfir
|
ekspor
|
eksport
|
ekuivalen
|
ekwivalen
|
esai
|
esei
|
jadwal
|
jadual
|
izin
|
ijin
|
hierarki
|
hirarki
|
frekuensi
|
frekwensi
|
konkret
|
konkrit
|
kualitas
|
kwalitas
|
metode
|
metoda
|
5. Penggunaan kata secara tepat
Contohnya
kekeliruan penggunaan kata depan
(presposisi)di yang seharusnya di gunakan pada dapat dilihat
seperti di bawah ini.
Penggunaan
yang tepat
|
Penggunaan
yang tidak tepat
|
Pada saya
|
Di saya
|
Pada kami
|
Di kami
|
Pada kita
|
Di kita
|
Pda malam hari
|
Di malam hari
|
Pada waktu itu
|
Di waktu itu
|
Pada saat ini
|
Di saat itu
|
Pada paman
|
Di paman
|
Kekeliruan
penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat
dilihat pada contoh di bawah ini:
Penggunaan
yang tepat
|
|
Kepada saya
|
Ke saya
|
Kepada dia
|
Ke dia
|
Kepada paman
|
Ke paman
|
Kepada adik
|
Ke adik
|
Kepada mereka
|
Ke mereka
|
Kata depan atau
kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat formal. Fungsi
penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai adalah sbb:
1.Untuk
keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.
2.Untuk
keterangan waktu digunakan kata pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3.Untuk keterangan
alat digunakan kata dengan .
4,untuk
keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi.
5 untutk
keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan jalan.
6.Untuk
keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan.
7.Untuk
keterangan sebab digunakan kata karena,sebab.
6. Penulisan kata secara benar
Contoh penulisan
kata awalan di yang benar adalah sbb:
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang
salah
|
Di atas
|
diatas
|
Di jalan
|
dijalan
|
Di sekolah
|
disekolah
|
Di kampus
|
Dikampus
|
Di restoran
|
direstoran
|
Di pasar
|
dipasar
|
Di kantin
|
dikantin
|
Penulisan kata ke yang benar:
Penggunan yang
tepat
|
Penggunaan
yang salah
|
Ke atas
|
Keatas
|
Ke samping
|
Kesamping
|
Ke bawah
|
Kebawah
|
Ke jalan
|
Kejalan
|
Ke pinggir
|
Kepinggir
|
Penulisan kata depan dari yang benar
adalah sbb:
Penulisan yan
benar
|
Penulisan yang
salah
|
Dari atas
|
dariatas
|
Dari toko
|
Daritoko
|
Dari pasar
|
daripasar
|
Dari rumah
|
darirumah
|
Dari samping
|
Darisamping
|
Penulisan kata non yang benar
adalah sebagai berikut:
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang
salah
|
Non-Indonesia
|
Non Indonesia
|
Non-korea
|
Non korea
|
Non-islam
|
Non islam
|
Non-minangkabau
|
Non
minangkabau
|
nonkolaborasi
|
Non kolaborasi
|
Penulisan partikel sub yang benar
adalah sbb:
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang
salah
|
subseksi
|
Sub
seksi,sub-seksi
|
subbagian
|
Sub
bagian,sub-bagiam
|
Penulisan partikel per yang benar
adalah sebagai berikut:
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang
salah
|
Per jam
|
perjam
|
Per hari
|
perhari
|
Per bulan
|
perbulan
|
Per caturwulan
|
percaturwulan
|
Per semester
|
persemester
|
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang
salah
|
perbesar
|
Per besar
|
persatu
|
Per satu
|
perkecil
|
Per kecil
|
perbudak
|
Per budak
|
peradik
|
Per adik
|
persingkat
|
Per singkat
|
Penulisan kata pun yang benar
adalah sbb:
Penulisan kata
yang benar
|
Penulisan kata
yang salah
|
Aku pun
|
Besarpun
|
Mereka pun
|
merekapun
|
Dia pun
|
diapun
|
Air pun
|
airpun
|
Sekarang pun
|
sekarangpun
|
Penulisan yang
benar
|
Penulisan yang salah
|
walaupun
|
Walau pun
|
Sungguhpun
|
Sungguh pun
|
meskipun
|
meskipun
|
bagaimanapun
|
Bagaiman pun
|
kendatipun
|
Kendati pun
|
Penulisan pasca yang benar adalah
sbb:
Penulisan
yang benar
|
Penulisan
yang salah
|
pascasarjana
|
Pasca
saarjana
|
Pascapanen
|
Pasca
panen
|
Penulisan
yang benar
|
Penulisan
yang salah
|
Bertolak
belakang
|
bertolakbelakang
|
Tanda
tangani
|
Tandatangani
|
ditandatangani
|
Ditanda
tangani
|
Mendarah
daging
|
mendarahdaging
|
melatarbelakangi
|
Melatar
belakangi
|
dianalisis
|
Di
analisis
|
dikaji
|
Di
kaji
|
dikelola
|
Di
kelola
|
ketujuh
|
Ke
tujuh
|
B. PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Karangan ilmiah yang disusun harus
menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang baik. Dalam penulisan
karangan ilmiah, penulis pengarang harus menggunakan ragam bahasa Indonesia
baku termasuk didalamnya aspek struktur kalimat. Karangan ilmiah terutama
terdiri atas komponen isi dan komponen bentuk. Komponen isi dalam karangan
ilmiah berhubungan dengan ide, gagasan, atau konsep yang hendak disampaiikan
oleh pengarang, sedangkan komponen bentuk berkaitan dengan organisasi penyajian
ide, gagasan, atau konsep di atas.
Dalam kenyataan itu, banyak penulis
yang hanya mementingkan kompnen isi dan mengabaikan kompnen bentuk, terutama
struktur kalimat dan struktur paragraf. Hal disebabkan penulis tersebut
menganggap bahwa komponen isi merupakan komponen yang sangat penting, sedangkan
komponen bentuk dianggap tidak terlalu
penting. Padahal, kompnen bentuk seperti struktur kalimat, struktur paragraf,
struktur karangan, adalah sama pentingnya dengan komponen isi.
Karangan ilmiah mengandung
satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hirarkis, yaitu satuan-satuan yang
secara bertingkat membentuk satu system. Dalam system tersebut satuan yang
lebih kecil merupakan bagian dari satuan yang lebih besar. Satuan-satuan itu
adalah morfem, kata, farasa, klausa, kalimat, paragraf, dan karangan/wacana.
1.
Struktur kalimat
Kalimat
adalahn satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran utuh(Alwi, dkk., 1998: 311). Dalam wujud lisan (pertuturan), kalimat diucapkan dengan suara
naik turun keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan inyonasi akhir yang
diikuti dengan kesenyapan.
Kalimat
yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah beragam baku. Kalimat terdidri
dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk
dan lapisan makna yang dinyatakan oleh bentuk tersebut. Struktur sebuah kalimat
ragam baku harus mengandung kelengkapan unsure-unsurnya, tuntas maknanya, dan
berterima dari segi nilai social dan budaya masyarakat pemakainya.
Dari
segi unsur-unsurnya, sebuah kalimat disebut lengkap jika memiliki unsur-unsur
yang dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran
penulis. Dalm kenyataan, kaliamat yang lengkap minimal memilki dua
unsur, yaitu unsur subjek dan unsur predikat.
Untuk
memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat kaidah tata bahasa,
seorang penulis mengenal fungsi unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan).
Pertama, ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut
:
1.
Pada
umumnya subjek adalah nomina atau frasa nomina atau kelas kata lain yang dapat
menduduki fungsi subjek.
2.
Merupakan
jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
3.
Dapat
diperluas dengan kata itu, ini.
4.
Dapat
diperluas menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung yang.
Kedua, ciri-ciri predikat adalah sebagai
berikut :
1.
Prdeikat
berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjectival, nomina, atau
frase nomina, numerak, atau frase numeralia.
2.
Merupakan
jawaban atas pertanyaan mengapa, atau bagaimana.
3.
Dapat
disertai kata pengingkar tidak dan bukan.
4.
Dapat
disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau.
Ketiga, ciri-ciri objek adalah sebagai berikut :
1.
Terdapat
dalm kalimat transitif.
2.
Terletak
langsung dibelakang predikat.
3.
Dapat
menjadi subjek dalam kalimat pasif
4.
Tidak
didahului oleh preposisi.
5.
Dapat
diganti dengan pronominal-nya
6.
Berwujud
frasa nomina atau klausa.
Keempat, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai
berikut :
1.
Berwujud
nomina, frasa nomina, verba, frasa verba, adjektiva, frasa adjektiva, atau
klausa.
2.
Berada
langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek kalau
unsur objek hadir.
3.
Tidak
dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
4.
Terdapat
dalam kalimat yang berpredikat verba.
5.
Tidak
dapat diganti dengan –nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke,
dari, dan, akan.
Kelima, ciri-ciri keterangan adalah sebagai
berikut :
1.
Memberikan
informasi tntang waktu, tempat, cara, alatm sebab, akibat.
2.
Memiliki
keluasan posisi dalam kalimat
3.
Didahului
oleh kata depan seperti di, dari,pada, selama,dengan, sebab.
4.
Biasanya
berupa frase proposisional.
5.
Pada
umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.
2.
Pola kalimat
dasar
Kalimat
dasar merupakan kalimat yang belum mengalami perubahaan seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, keterangan predikat, dan
keterangan objek. Pada hakikatnya,
kalimat yang panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada
kalimat dasar. Selanjutnya kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri.
Pola-pola itulahnyang dimaksud dengan pla dasar kalimat. Menurut Alwi, dkk.
(1998:321-322) ada enam tipe kalimat dasr dalam bahas Indonesia.
a.
Kalimat
dasar berpola S-P :
Orang itu sedang tidur.
Dia berlari.
Mereka sedang berjalan.
Anggota dewan mulai bersidang.
Saya guru.
Mereka mahasiswa.
Kami pelajar.
Kami pengamen.
Dia berlari.
Mereka sedang berjalan.
Anggota dewan mulai bersidang.
Saya guru.
Mereka mahasiswa.
Kami pelajar.
Kami pengamen.
b.
Kalimat
dasar berpola S-P-O :
Ayahnya membeli mobil baru.
Ran mendapat hadiah.
Dia menulis buku teks.
Anaknya mempelajari bahasa Jepang.
Mendiknas membuka seminar nasional.
Ran mendapat hadiah.
Dia menulis buku teks.
Anaknya mempelajari bahasa Jepang.
Mendiknas membuka seminar nasional.
c.
Kalimat
dasar berpola S-P-Pel :
Adikku belajar computer.
Pancasila merupakan dasar Negara kita.
Bapak itu adalah Rektor Universitas Negri Padang.
Dia sudah menjadi dosen.
Pancasila merupakan dasar Negara kita.
Bapak itu adalah Rektor Universitas Negri Padang.
Dia sudah menjadi dosen.
d.
Kalimat
dasar berpola S-P-Ket :
Penceramah itu berasal dari IAIN.
Banjir besar telah terjadi di Amerika
Ayahku tinggal dikampung.
Rumah kami berada di seberang sungai.
Banjir besar telah terjadi di Amerika
Ayahku tinggal dikampung.
Rumah kami berada di seberang sungai.
e.
Kalimaat
dasar berpola S-P-O-Pel :
Panitia member penatar cendera mata.
Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Rector menugasi stafnya pekerjaan tambahan.
Dian mengabilkan adiknya air minum.
Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Rector menugasi stafnya pekerjaan tambahan.
Dian mengabilkan adiknya air minum.
f.
Kalimat
dasar berpola S-P-O-Ket :
Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
Polisi memperlakukan tertuduh dengan baik.
Mahasiswa melaporkan kejadian itu kepada pimpinan kampus.
Polisi memperlakukan tertuduh dengan baik.
Mahasiswa melaporkan kejadian itu kepada pimpinan kampus.
3.
Kalimat tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar kalimat.
Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang
diperlukan seperti diuraikan pada pola kalimat dasar sebelumnya. Namun
demikian, dalam kalimat tunggal bias diperluas dengan unsur tambahan (tidak
wajib) seperti diuraikan pada pola kalimat dasra sebrelumnya.
a.
Kalimat
transitif :
Bu camat sedang berbelanja.
Pak halim belum datang.
Mereka berjalalan dengan tongkat.
Kami berenang pada hari minggu pagi.
Pak ahmad akan naik haji
Pak halim belum datang.
Mereka berjalalan dengan tongkat.
Kami berenang pada hari minggu pagi.
Pak ahmad akan naik haji
b.
Kalimat
ekatransitif :
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan
lebaran.
DPR menyeleksi anggota Komisi Pemilihan Umum.
Dia memberangkatkan kerata api itu terlalu cepat.
DPR menyeleksi anggota Komisi Pemilihan Umum.
Dia memberangkatkan kerata api itu terlalu cepat.
c.
Kalimat
dwitransitif :
Kami sedang mencarikan anak itu
pekerjaan.
Bapak akan membelikan anak itu hadiah ulang tahun.
Dia sedang membuatkan pak ali laporan tahunan.
Bapak akan membelikan anak itu hadiah ulang tahun.
Dia sedang membuatkan pak ali laporan tahunan.
d.
Kalimat
pasif :
Seorang asisten baru telah diangkat Pak
Toha.
Pameran itu akan dibuka Gubernur Sumatra Barat.
Rumah tua itu diperbaiki pemerintah dalam waktu dekat.
Pameran itu akan dibuka Gubernur Sumatra Barat.
Rumah tua itu diperbaiki pemerintah dalam waktu dekat.
e.
Kalimatn
berpredikat adjektif :
Ayahnya sakit.
Pernyataan orang itu benar.
Warna bajunya biru laut.
Ayah saya sakit perut.
Pernyataan orang itu benar.
Warna bajunya biru laut.
Ayah saya sakit perut.
f.
Kalimat
berpredikat nomina :
Buku itu cetakan Bandung.
Dia guru saya.
Orang itu pencurinya.
Dia guru saya.
Orang itu pencurinya.
g.
Kalimat
berpredikat numeral :
Anaknya banyak.
Uangnya hanya sedikit.
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
Uangnya hanya sedikit.
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
h.
Kalimat
berfrasa preposisional :
Ibu sedang kepasar.
Anak itu sedang sekolah.
Gelang ini untuk Rita.
Ayahnya dari sunda.
Anak itu sedang sekolah.
Gelang ini untuk Rita.
Ayahnya dari sunda.
4.
Kalimat majemuk
a.
Kalimat majemuk
setara ( koordinatif )
Kalimat majemuk
setara menyatakan hubungan penjumlahan :
-Sudah sebulan kamimmengarungi laut dan
kami amat merindukan daratan.
-Pad hari yang naas itu gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah menjadi berantakan.
-Aku melompat8i tangga kemudian berelari ke halaman.
-Pad hari yang naas itu gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah menjadi berantakan.
-Aku melompat8i tangga kemudian berelari ke halaman.
Kalimat majemuk setara menyatakan
hubungan perlawanan :
-Masalah kemiskinan tidak hanya masalah
nasional, tetapi juga masalah kemanusiaan.
-Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkan juga lebih terbuka.
-adikku belum sekolah, tetapi dia sudah bias membaca.
-Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkan juga lebih terbuka.
-adikku belum sekolah, tetapi dia sudah bias membaca.
Kalimat majemuk setara menyatakan
hubungan pemilihan :
-Dalam keadaan seperti itu, dia terpaksa
membunuh musuh atau dibunuh musuh.
-Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
-Kamu akan pergi kesekolah atau ikut dengan kami ke rumah nenek?
-Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
-Kamu akan pergi kesekolah atau ikut dengan kami ke rumah nenek?
b.
Kalimat majemuk
bertingkat (subordinatif )
1.
Konjungtor
waktu yaitu setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika,
tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2.
Konjungtor
syarat yaitu jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, mana kala.
3.
Konjungtor
pengandaian yaitu andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya.
4.
Konjungtor
tujuan yaitu agar, supaya, biar guna, untuk,
5.
Konjungtor
konsesif yaitu biarpun, meskipun, sesungguhpun, sekalipun, waaupun, kendatipun.
6.
Konjungtor
pembanding yaitu seperti laksana, seolah olah, sebagaimana, bagaikan, seakan,
akan, alih-alih, ibarat.
7.
Konjungtor
sebab yaitu sebab karena oleh karena
8.
Konjungtor
hasil atau akibat yaitu sehingga, akibatnya, sampai sampai.
9.
Konjungtor
cara yaitu dengan tanpa.
10.
Konjungtor
alat yaitu dengan, tanpa.
C. PENYUSUNAN KALIMAT BAKU
Kalimat baku
adalah kalimat yang baik dan azim digunakan dalam ranah formal. Kalimat baku
merupakan kalimat yang tepat untuk menyampaikan maksud penulis kepada pembaca.
Berkaitan dengan kalimat baku ini, arifin (1991:85) mengungkapkan bahwa kalimat
yang baik adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa jelas dibaca. Kalimat
itu sekurang kurangnya memiliki subjek dan predikat. Menurut Keraaf (1980:36)
juga mengemukakan bahwa suatu kalimat dapat dikatakan baik apabila kalimat
tersebut sesuai dengan criteria berikut ini : (1) memiliki kesatuan gagasan,
(2) memiliki koherensi, (3) memiliki vaariasi kalimat, (4) memiliki kesejajaran
, (5) memiliki kelogisan penalaran.
1.
Ciri-ciri
kalimat baku
Kalimat baku
haruslah berwawasan keilmuan. Bertolak dari berbagai pendapat pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa kalimat baku merupakan kalimat yang memiliki empat ciri
berikt ini.
a.
Kalimat baku
memiliki kejelasan struktur (normatif)
Pertama,
beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki
agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan struktur aktif atau pasif.
(1)
Permasalahan
itu kami sudah merundingkannya dengan Bapak Rektor. (nonbaku)
(2)
Hasil
penelitian itu saya sudah membacanya. (nonbaku).
Setelah
diperbaiki :
(1)
Permasalahan
itu sudah kami rundingkan dengan Bapak Rektor. (baku)
(2)
Hasil
penelitian itu sudah saya baca. (baku)
Kedua, beberapa
kalimat dibawah ini harus diperbaiki
agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan subjek.
(1)
Dengan
caara kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (nonbaku)
(2)
Agar
setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. (nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Cara
kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (baku)
(2)
Setiap
mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.(baku)
Ketiga, beberapa
kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar
menjadi kalimat baku dari segi kejelasan predikat.
(1)
Salah
satu ciri logam akan memuai jika dipanaskan.(nonbaku)
(2)
Wilayah
yang akan di kembangkan menjadi objek wisata misalnya Gunung Padang.(nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Salah
satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan.(baku)
(2)
Wilayah
yang akan di kembangkan menjadi objek wisata adalah Gunung Padang.(baku)
Keempat,
beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki
agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan keterangan.
(1)
Pengumpulan
data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(nonbaku)
(2)
Penempatan
pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian dsengan
tertib. (non baku)
(3)
Mendengar
penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Untuk
mengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(baku)
(2)
Dengan
menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian
dengan tertib. (baku)
(3)
Setelah
mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(baku)
Kelima, beberapa
kalimat dibawah ini harus diperbaiki
agar menjadi kalimat baku dari segi kejelasan keberadaan subjek.
(1)
Karena
sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan kembali los
pasar itu.(nonbaku)
(2)
Sejak
didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu.(nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Karena
los pasar itu sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan
kembali los pasar itu.(baku)
(2)
Sejak
rumah itu didirikan, kami belum pernah memperbaikinya.(baku)
b.
Kalimat baku
memiliki kelogisan makna
Pertama,
beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku
dari segi kelogisan hubungan makna S dan P.
(1)
Permasalahan
tersebut ingin saya tuntaskan malam ini.(nonbaku)
(2)
Pembangunan
jembatan itu akan dibangun tahun ini. (nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Saya
ingin menuntaskan Permasalahan tersebut malam ini.(baku)
(2)
Pembangunan
jembatan itu akan dilaksanakan tahun ini. (baku)
Kedua, beberapa
kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari
segi kelogisan makna rincian.
(1)
Seorang
pengusaha memerlukan kecerdasan, gigih bekerja dan harus bersabar. (nonbaku).
(2)
Program
studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi program Ketua Jurusan belum
menyetujuinya.(nonbaku).
Setelah
diperbaiki :
(1)
Seorang
pengusaha memerlukan kecerdasan, kegigihan, dan harus bersabar.(baku).
(2)
Program
studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui Ketua
Jurusan.(baku).
c.
Kalimat baku
memiliki kehematan kata
Pertama, dalam
kalimat majemuk bertingkat yang memiliki subjek yang sama, sebaiknya penulis
hanya menggunakan subjek dalam induk kalimat saja.
(1)
Dia
tidak datang ke acara pernikahan itu karena dia tidak diundang.(nonbaku)
(2)
Sebelum
surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih
dahulu.(nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Dia
tidak datang ke acara pernikahan itu karena tidak diundang.(baku)
(2)
Sebelum
dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih dahulu.(baku)
Kedua, beberapa
kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
penggunaan satu kata dari beberapa kata yang bersinonim.
(1)
Arman
adalah murid yang paling terpandai di kelasnya.(nonbaku).
(2)
Para
petani-petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(nonbaku).
Setelah
diperbaiki :
(1)
Arman
adalah murid yang terpandai di kelasnya.(baku).
(2)
Para
petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(baku).
Ketiga, beberapa
kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
penggunaan kata yang dibutuhkan untuk mengungkapkan maksud penulis.
(1)
Penyaji
makalah itu membahas tentang sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa
datang.(nonbaku).
(2)
Pakar
pendidikan itu sering mengemukakan tentang penyebab rendahnya kualitas
pendidikan nasional. (nonbaku).
Setelah
diperbaiki :
(1)
Penyaji
makalah itu membahas sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa
datang.(baku)
(2)
Pakar
pendidikan itu sering mengemukakan penyebab rendahnya kualitas pendidikan
nasional. (baku)
d.
Kalimat baku
memiliki kebakuan kata
(1)
Jadi,
pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan
gaya belajar sendiri dibarengi dengan pemberian kesan yang penuh
kegembiraan.(nonbaku)
Setelah
diperbaiki :
(1)
Jadi,
pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan
gaya belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh
kegembiraan.(baku).
2.
Variasi kalimat
baku
a.
Variasi
pengutamaan informasi
(1)
Karena
keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya dapat membangun sepuluh gedung
SD dalam tahun ini.
(2)
kami
membutuhkan uang sebanyak dua miliar rupiah untuk pembangunan mesjid itu.
(3)
Untuk
pembangunan mesjid itu, kami membutuhkan uang sebanyak dua milyar rupiah.
b.
Variasi kalimat
aktif dan pasif
(1)
Saya
akan melaporkan masalah ini kepada rector
(2)
Masalah
ini akan saya laporkan kepada rector
(3)
Saya
akan menguraikan ciri-ciri kalimat pasif pada subbab berikut.
(4)
Cici-ciri
kalimat pasif akan saya uraikan pada subbab berikut
c.
Variasi kalimat
tunggal dan majemuk
Selain
itu, variasi kalimat dapat diwujudkan dengan cara yang memvariasikan kalimat
tunggal dan majemuk. Artinya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal
dapat bervariasi seperti kalimat tunggal, kalimat majemuk, setara
(koordinatif), dan kalimat majemuk bertingkat (subrdinatif).
Terimakasih kak sangat bermanfaat sekali ! ^_^
BalasHapusAtur nuhun mbak . Dapet salam dari maba unp 19 .
BalasHapustolong dijawab dong mau nulis buat daftar pustakaa siapa yang nulis artikel inii??
BalasHapus